Fenomena alam ini cukup menjadi perbincangan beberapa
tahun terakhir. Beberapa bencana alam dalam rentang area yang luas banyak
disebut disebabkan ulah fenomena ini. El Nino dan La Nina sesungguhnya adalah
kondisi abnormal iklim pada area Samudra Pasifik yang terletak pada daerah
ekuatorial. Kedua gejala alam ini mempunyai kondisi anomali yang berbeda, El
Nino dicirikan dengan naiknya suhu permukaan laut (warm phase)
sedangkan La Nina mempunyai kondisi yang sebaliknya yaitu turunnya suhu
permukaan air laut (cold phase) pada area katulistiwa Samudra
Pasifik.
El
Nino dan La Nina sendiri baru dimasukkan kedalam istilah bahasa ilmiah pada
tahun 1997, dalam bahasa asli (Amerika Selatan) La Nina berarti si gadis kecil
sedangkan El Nino berarti si buyung kecil. Sesungguhnya fenomena ini sudah berjalan dalam waktu yang panjang,
tetapi baru dapat diidentifikasi dalam beberapa tahun terakhir. Selama kurun 78
tahun telah terjadi 23 kali gejala El Nino dan 15 kali La Nina. El Nino sendiri
terjadi dengan selang antara 3 sampai 7 tahun.
Dampak
yang ditimbulkan oleh anomali alam ini memang cukup luar biasa dalam rentang
area yang luas antara lain kekeringan, kekurangan pangan dan banjir. Beberapa
bencana kekeringan dan banjir yang terjadi di Indonesia juga disebabkan oleh El
Nino atau La Nina. Akan tetapi penelitian lebih lanjut menemukan bahwa tidak
semua anomali ini menimbulkan dampak negatif. Sebuah riset menunjukkan bahwa El
Nino menurunkan intensitas dan jumlah badai Atlantik dan tornado yang melintasi
bagian tengah Amerika Serikat.