Malaikat
Tanpa Sayap
Judul :
My Daddy ODHA
Penulis : Dy
Lunaly
Penerbit : Bintang Belia
Tebal :
vi + 138 halaman
Novel
ini menceritakan tentang gadis blasteran Indonesia – Russia yang mengalami
banyak kejadian yang tidak mengenakkan semenjak masa SMP dan berlanjut juga di
masa SMA. Gadis tersebut bernama Anastasia Chandra Kharzkov yang dikucilkan
oleh semua teman-temannya semenjak semua tau ayahnya seorang ODHA (Orang Dengan
HIV AIDS). Hari-hari Tasia selalu sepi karena semua temannya sudah tau berita
tersebut dan itu pun terjadi setiap hari di sekolah Tasia, tetapi ia mempunyai
Rani yaitu sahabatnya semenjak SMP yang menemani hari-harinya yang sepi.
Konflik
muncul ketika seorang kakak kelas yang benci luar biasa pada Tasia memasang
pengumunan di mading sekolah tentang papa-nya. Sesuatu yang selama ini
disembunyikan, malah dibuka lebar-lebar oleh teman satu sekolah, Alexandria.
Bersama teman geng, Alexandria menempelkan tulisan: “Anastasia Kharzkov, HIV +?
Her Daddy ODHA!!!” (halaman 30). Tasia pun terkejut, bagaimana Alexandria bisa
tau mengenai berita tentang ayahnnya ? Semua teman-temannya pun mulai menjauhi
Tasia semenjak kejadian tersebut tak terrkecuali Rani sahabatnya. Bahkan di
dalam toilet, beberapa orang temannya membicarakannya. Tasia merasakan tubuhnya
gemetar dan tidak mampu menghentikannya. Emosi menguasainya, kesal, marah, dan
juga sedih.
Tuhan, apa salahku?!
Kenapa mereka
memperlakukanku seperti ini?
Kenapa hal ini kembali
terjadi padaku?
Apa yang harus aku
lakukan? Apa?
Sendiri itu
menyakitkan. (halaman 62)
Dan Tasia pun juga dilarang oleh pemilik
kantin untuk makan di kantin, karena jika makan di kantin siswa lain tidak mau
makan di katin takut tertular HIV. Sampai-sampai Tasia pun harus membawa bekal
sendiri untuk makan siang. Dan saat di tanya oleh mamanya Tasia hanya menjawab “sedang
diet” dengan tersenyum. Tasia mencoba tegar dengan depresi yang di alaminya, ia
tidak ingin menambah beban mamanya. Tapi rupanya cobaan tak terhenti sampai di
situ. Banyak hal yang dilakukan teman-temannya untuk membuatnya tidak tahan dan
menghinakan (halaman 68).
Tapi saat Tasia mengalami
gempuran cobaan yang ada, Tuhan Maha Adil. Datang seorang yang siap menemani hari-hari
Tasia yaitu Kak Aditya, adalah kakak kelas Tasia yang mulai kenal karena sering
bersamaan di kenai hukuman oleh BK.
Di kelas, meja Tasia bersih. Di
atasnya ada sebuah vas berisikan bunga krisan. Bunga duka cita. Kesal, Tasia
membanting vas tersebut ke lantai. Amarah Tasia meluap di depan Ariana dan
teman sekelasnya. Tetapi, di saat seperti itu, datanglah Rani. Ia membela Tasia
kali ini. Rani yang lemah, menjadi begitu kuat, Ia rela membela sahabatnya
untuk menentang kesalahan yang selama ini terjadi. Maria dan Sara(teman Sekelas
Tasia) khawatir akan sikap Rani. Selama
ini Rani menjauhi Tasia karena Ariana, Marco(teman se geng Alexandria) dan
Alexandra. Mereka mengancam akan menindasnya dan merusak hubungannya dengan
Andre(pacar Rani). Dan semua siswa di sekolah pun ikut menjauhi Tasia karena
pengaruh Alexandra. Kini Rani kembali.
Selama ini alasan Ariana menjauhi
tasia adalah karena Ia iri akan kelebihan yang dimiliki Tasia, sedangkan Ariana
tidak memiliki semua itu. Dan saat kelas XI Tasia pun sekelas dengan Rani, dan
Alexandria sudah mulai menjauhi Tasia sedangkan Marco sudah dikeluarkan dari
sekolah. Dan setelah kelulusan Kak Aditya kuliah di Belanda, saat di bandara
Kak Aditya memberikan jaketnya dan isi jaket tersebut ada surat.
Untuk: Tasia
Aku ingin memelukmu, setiap kali kamu menangis.
Aku ingin tertawa karena senyum lebarmu.
Aku ingin mendengarkan keluhmu, disampingmu, menampung resahmu.
Tapi, aku harus pergi.
Aku pasti rindu pada wajah kesalmu setiap kali aku menggodamu.
Pada kebiasaanmu mengganti playlist lagu ketika kita berbagi earphone.
Pada kehangatan yang aku rasa setiap kali bersama denganmu.
Tuhan, aku akan merindukan semua tentangmu.
Karena aku mencintaimu.
Sekarang dan nanti.
Till we meet again, Tasia.
Aditya
(halaman 126)
Membaca surat itu membuat Tasia
tersenyum dam menangis bersamaan. Dan membuatnya sadar bahwa Ia mencintainya.
Tapi semua nya terlambat. Mungkin keadaan ini akan lebih baik untuknya. Terima
kasih, Tuhan. Batinnya. Tuhan telah mengabulkan doanya. Bahkan jauh sebelum ia
menyadarinya. Tuhan tidak hanya menghadirkan seorang malaikat untuknya, bahkan
banyak Malaikat untuknya.
Selama ini mamanya selalu
menjaganya sejak ia belum mengerti apapun. Papanya yang menemaninya di awal
usianya menikmati kehidupan. Rani, sahabat yang takkan terpisahkan. Kak Aditya
yang selalu membuatnya kuat. Dan, mereka semua yang telah hadir di hidupnya,
mereka adalah malaikat yang Tuhan kirimkan untuknya.
Tasia tak pernah sendiri,Tasia
bersama banyak malaikat. Malaikat tanpa sayap.Dan bersama mereka, Tasia akan
kuat menghadapi semuanya.
Novel ini ceritanya cukup menarik
dengan tema perjalanan hidup seorang anak yang ayahnya penderita HIV AIDS. Alur
maju dan mundur dan menggunakan bahasa Inggris, Indonesia dan Russia. Ini
menunjukkan pada kita betapa stereotip masyarakat terhadap ODHA bahkan
keluarganya masih kuat. Dan ini rupanya fenomena global, bukan hanya di
Indonesia. Sehingga pendidikan kepada masyarakat dan informasi mengenai HIV
AIDS memang perlu ditingkatkan. Agar masyarakat lebih paham bagaimana penularan
virus tersebut bisa terjadi, bagaimana mengantisipasi dan bagaimana jika ada
ODHA di sekitar kita. Mungkin dari novel ini kita bisa belajar.